Senin, 31 Agustus 2009

Century Akan Dijual Minimal Rp 6,7 T


JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga Penjamin Simpanan akan menjual Bank Century minimal Rp 6,76 triliun pada tiga tahun mendatang. Nilai minimal tersebut sama dengan nilai dana yang telah disuntikkan LPS untuk menyelamatkan Bank Century dari kebangkrutan.

”Berdasarkan Undang-Undang LPS, setelah tiga tahun, LPS harus menjual Bank Century dengan harga yang optimal, dalam arti tidak boleh di bawah nilai penyertaan modal sementara. Jika tak ada pembeli hingga tahun ketiga, LPS bisa menunda penjualan hingga maksimal tahun kelima sejak LPS mengambil alih. Jika tak ada juga pembeli, barulah LPS bisa menjual Bank Century di bawah nilai penyertaan modal sementara,” kata Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan Firdaus Djaelani di Jakarta, Minggu (30/8).

Suntikan modal sebesar Rp 6,76 triliun dinilai LPS sudah final. Ke depan, kemungkinan besar tidak ada lagi penambahan modal dari LPS untuk Bank Century.

Berdasarkan Undang-Undang LPS, LPS diharuskan menjual semua saham bank yang diselamatkan paling lama tiga tahun dan dapat diperpanjang dua kali masing-masing satu tahun sehingga keseluruhan menjadi lima tahun.

Nilai recovery atau pengembalian dari Bank Century kepada LPS sangat mungkin mencapai Rp 6,76 triliun, bahkan bisa lebih dari itu.

Hal itu karena sebagian besar modal yang telah disuntikkan bukanlah uang yang hilang begitu saja, melainkan masih dalam bentuk aset berupa cadangan atau aktiva produktif yang telah dihapus buku, yang di kemudian hari bisa dijual.

Saat ini, menurut Firdaus, LPS memiliki cadangan senilai Rp 2,2 triliun dalam bentuk Surat Utang Negara dan Sertifikat Bank Indonesia, yang sangat likuid.

Selain itu, LPS juga memiliki sejumlah aktiva produktif yang telah dihapus dari neraca, tetapi memiliki nilai recovery. Aset-aset tersebut berupa surat-surat berharga yang telah jatuh tempo, tetapi belum bisa dicairkan dan aset-aset jaminan dari kredit yang macet. Belum bisa diketahui berapa besar nilai recovery yang bisa diupayakan dari aset-aset kotor tersebut.

Nilai aktiva produktif jaminan tersebut diperkirakan mencapai Rp 7,8 triliun, tecermin dari selisih antara aset Bank Century per Juni 2008 yang sebesar Rp 14,82 triliun dan per 20 November 2008 yang hanya Rp 6,96 triliun.

Potensi pendapatan lainnya adalah dari laba Bank Century yang saat ini sudah positif. Per akhir Juli 2009, Bank Century meraup laba bersih senilai Rp 200 miliar.

Direktur Utama Bank Century Maryono juga optimistis, pemulihan Century bisa lebih dari dana yang telah disuntikkan LPS senilai Rp 6,76 triliun.
Optimisme itu didasarkan pada kinerja Bank Century yang terus membaik. Dana pihak ketiga bertumbuh rata-rata Rp 200 miliar per bulan. ”Ini berarti kepercayaan masyarakat sudah mulai pulih,” katanya.

Saat ini pun, Bank Century telah keluar dari pengawasan khusus BI karena telah memiliki rasio kecukupan modal (CAR) di atas 8 persen. Dengan demikian, kata Maryono, Bank Century sudah bisa kembali melakukan ekspansi sehingga perbaikan kinerja bisa dipercepat.

Ramainya berita mengenai Century dalam beberapa hari terakhir tidak menyebabkan terjadi penarikan dana besar-besaran (rush) di Bank Century. Nasabah umumnya hanya meminta penjelasan mengenai situasi yang terjadi pada manajemen.

Karena LPS kemungkinan besar tidak lagi menyuntik modal, sumber penambahan modal akan diakumulasikan dari laba. ”Karena itulah, salah satu target kami adalah meningkatkan laba,” ujar Maryono.

Penambahan modal memang masih diperlukan Bank Century. Per akhir Juli 2009 CAR Bank Century sebesar 9,25 persen, atau sedikit di atas ketentuan BI yang sebesar 8 persen. Berdasarkan konsensus pasar, CAR minimal dengan penghitungan risiko yang lebih kompleks adalah 12 persen.

Rugi besar

Pemerintah dan LPS berpotensi menderita kerugian sangat besar andaikan Century saat itu dilikuidasi. Itu karena Bank Century dinilai sistemik sehingga bisa merembet pada kolapsnya bank-bank lain.

Jika ditutup, untuk Bank Century saja, LPS harus mengganti dana nasabah sekitar Rp 5,2 triliun. Dana tersebut merupakan simpanan di bawah Rp 2 miliar yang dijamin LPS. Adapun total dana pihak ketiga Bank Century saat itu mencapai Rp 9,5 triliun.

Pejabat Sementara Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan, jika Bank Century dibiarkan bangkrut, kemungkinan besar ada 23 bank yang akan terseret dalam kesulitan. Jika bank-bank itu akhirnya bangkrut, LPS harus mengganti dana nasabah bank-bank tersebut.

Jika ditutup, semua dana yang telah dikeluarkan LPS hilang. Namun, jika diselamatkan, dana yang dikeluarkan LPS berpotensi kembali, bahkan ada kemungkinan mendapatkan untung.

Setoran modal

Mengenai rangkaian penambahan modal yang disetor LPS ke Bank Century, Firdaus mengatakan, semua kebutuhan modal berdasarkan rekomendasi BI, dengan tujuan mengembalikan CAR sesuai ketentuan.

Penyuntikan modal dilakukan empat kali karena dalam perjalanannya, terus diperlukan tambahan pencadangan akibat masih adanya aset kotor.

Awalnya, pada 23 November 2008, diperlukan Rp 2,66 triliun untuk mendongkrak CAR yang minus menjadi 8 persen. Namun, karena LPS menginginkan CAR menjadi 10 persen, dana yang disuntikkan menjadi Rp 2,78 triliun.

Ternyata berdasarkan audit pada akhir Desember 2008, ditemukan ada aset kotor yang harus dicadangkan sehingga CAR kembali minus 19 persen. Untuk mengembalikan CAR ke level 8 persen, LPS menurut BI harus menyetorkan modal sebesar Rp 1,56 triliun.

Pada periode berikutnya, masih ada aset seperti kredit macet yang juga membutuhkan pencadangan sehingga LPS pada 21 Juli 2009 kembali menyuntikkan modal sebesar Rp 630 miliar.

Jadi, total dana yang digunakan untuk pencadangan dari aset yang dihapus buku mencapai Rp 4,57 triliun. Nilai inilah yang diharapkan bisa recovery di masa mendatang.

Adapun sisa penyuntikan modal digunakan untuk menutup kebutuhan likuiditas akibat rush oleh deposan senilai Rp 2,2 triliun sepanjang November-Desember 2008.

Dana ini bukan untuk menutup kerugian karena asetnya tidak dihapus buku. Asetnya berada dalam bentuk Surat Utang Negara dan Sertifikat Bank Indonesia.

Firdaus menambahkan, tugas LPS adalah menyelamatkan bank gagal yang berdampak sistemik yang diputuskan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang LPS, penanganan bank gagal yang berdampak sistemik dilakukan dengan menyelamatkan bank bersangkutan.

Firdaus mengatakan, nasabah korporasi di Bank Century mencapai 60 persen dari total dana pihak ketiga.

Wapres dan Menkeu Saling Bantah soal Century


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden M Jusuf Kalla siang ini meluruskan pernyataan Menteri Keuangan yang juga merangkap Plt Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati yang menyatakan, laporan kepada Wakil Presiden tentang Bank Century disampaikan kepadanya pada tanggal 22 November 2008 sehingga seolah-olah pengucuran dana pada Bank Century sudah dilaporkan sebelumnya. Padahal, menurut Wapres, laporan kepadanya disampaikan setelah dana penyelamatan Bank Century digelontorkan.

Bantahan itu disampaikan Kalla dalam keterangan pers siang ini di Istana Wapres Jakarta, Senin (31/8). Sebelumnya, sebagaimana diberitakan, Wapres mengaku tidak tahu-menahu karena belum dapat laporan dari Menkeu soal perkembangan kasus Bank Century. Namun, sehari kemudian Sri Mulyani menyatakan bahwa dirinya sudah melaporkan kepada Wapres pada tanggal 22 November 2008.

"Di penjelasan Menkeu seolah-olah saya diberitahu pada tanggal 22 November sehingga saya dianggap tahu soal pengucuran dana Bank Century. Padahal tidak. Saya mendapat laporan dari Menkeu baru pada tanggal 25 November 2008 setelah dana itu dikucurkan kepada Bank Century," ujarnya.

Menurut Wapres, pada tanggal 22 November itu jatuh pada hari Sabtu dan Wapres melakukan kunjungan kerja ke Cibinong Bogor, Jawa Barat. "Jadi Kantor Wapres tutup dan Wapresnya ada di luar kota. Saya sudah mengirim SMS kepada Sri Mulyani siang ini dan saya bilang Anda salah bahwa laporan itu bukan pada tanggal 22, tetapi tanggal 25 November. Itu sudah saya cek ke sekretaris saya mengenai tanggal dan harinya serta jadwal saya," tambah dia.

Dikatakan, dengan pernyataan Sri Mulyani bahwa laporan diberikan tanggal 22 seolah-olah tanggal 21 November kasus Bank Century diputuskan oleh KKSK untuk diberikan suntikan dana lalu dilaporkan kepada dirinya pada tanggal 22 November. "Sehingga pada tanggal 23 November pengucuran dana itu dilakukan dan sudah sepengetahuan saya. Jadi, seolah-olah saya yang mengucurkan, padahal tidak," tandasnya.

Saat ditanya apakah sudah sudah ada respons dari Sri Mulyani, Wapres hanya menjawab, "Hingga sore ini b

Sabtu, 29 Agustus 2009

Perut Cicin Penuh Silet, Kawat, dan Tusuk Konde


SITUBONDO, KOMPAS.com — Masih ingat Noorsyaidah, perempuan asal Samarinda yang terus menahan derita karena di dalam perutnya bersarang banyak kawat tajam? Ternyata penderitaan sejenis menimpa perempuan asal Situbondo, Cicin Listi Vitasari.

Perempuan usia 30 tahun, warga Desa Demung, Kecamatan Besuki, Situbondo, itu terpaksa harus menahan sakit selama tiga bulan lebih karena di dalam perutnya bersarang benda-benda tajam berbahaya, seperti pisau silet lipat, kawat, biji stapler, jepit rambut, dan tusuk konde.

Cicin kini dirawat di ruang Dahlia nomor 6 RSUD Situbondo, sejak 25 Agustus lalu. Keluarganya tidak percaya ketika hasil rontgen memperlihatkan bahwa beberapa benda berbahaya itu bersarang di perut Cicin. Ia pun hanya bisa menahan sakit karena tim dokter belum bisa berbuat apa-apa. Langkah pembedahan melalui operasi tidak bisa dilakukan dengan alasan kondisi Cicin masih lemah. Perut Cicin bahkan terlihat semakin membesar dan kondisi kesehatannya terus menurun.

“Saya terkejut dan tidak percaya, ketika tahu penyakit Cicin seperti ini. Ada banyak benda logam di dalam perutnya,” ujar HM Suwalis, ayah Cicin kepada Surya, Jumat (28/8).

Suwalis mengaku sudah dua kali membawa Cicin untuk opname di RSUD Situbondo. Namun, setelah dilakukan rontgen dan terlihat benda-benda logam tersebut, terpaksa Cicin kembali dibawa pulang karena dokter tak bisa mengobatinya. “Saya kemudian berpikir, penyakit ini mungkin tidak cukup hanya melalui jalan medis, tetapi harus melalui cara penyembuhan alternatif. Masuk dari mana semua benda logam itu, sedangkan anak saya tidak mungkin memakan benda-benda itu,” ujar Suwalis.

Suwalis juga mengaku kecewa dengan pelayanan pihak rumah sakit yang menurutnya tidak segera mengambil langkah untuk mengoperasi perut anaknya untuk mengeluarkan benda-benda berbahaya tersebut. Pihak rumah sakit hanya menyarankan agar Cicin dirujuk ke RSU Dr Soetomo Surabaya atau ke RS Soebandi Jember.

“Sejak awal seharusnya pihak rumah sakit memberi tahu kepada keluarga kami kalau memang tidak memiliki kelengkapan peralatan medis. Jangan lalu anak saya digantung nasibnya seperti ini, kasihan dia sering mengeluh kesakitan,” pungkas Suwalis.

Cicin sendiri tidak mau diwawancarai, dengan alasan mulutnya juga terasa sakit untuk bicara. Ia juga mengeluh bahwa ada gangguan pada pernapasannya. Ia hanya tergolek lemas di tempat tidur. Selang infus dan transfusi darah menancap di lengan kirinya. Bahkan, kedua lubang hidungnya harus diberi selang oksigen.

Dua kali rontgen

Dokter spesialis penyakit dalam yang menangani Cicin, dr H Setijohadi, ketika dikonfirmasi juga mengaku merasa aneh dengan penyakit yang diderita Cicin. Menurutnya, saat melakukan pemeriksaan pertama pada 16 Mei lalu, pihaknya menemukan sekumpulan kawat, biji stapler, pisau silet, dan jepit rambut di perut serta bagian sekitar kandung kemih Cicin.

Anehnya, lanjut Setijohadi, pada saat dilakukan rontgen kedua pada 27 Agustus lalu, benda-benda logam itu ternyata sudah tidak terlihat lagi. Namun, si pasien masih sering menahan sakit di perutnya. “Tidak aneh bagaimana. Wong hasil rontgen pertama jelas terlihat itu ada silet dan benda lainnya, sedangkan pada hasil rontgen kedua, silet itu sudah tidak tampak lagi,” ujarnya.

Selain menganalisis posisi logam itu, pihaknya juga melakukan perawatan medis atas terjadinya infeksi di bagian saluran kencing pasien tersebut. “Kalau infeksinya, saya yakin itu akibat benda-benda yang bersarang itu,” ujarnya. Atas penyakit tersebut, tim dokter menyarankan agar pasien dirujuk ke RSU dr Soetomo di Surabaya. Sebab, tim medis di RSUD Situbondo tidak berani melakukan operasi pembedahan karena kondisi kesehatan korban yang masih lemah. “Baru pertama ini saya menangani pasien seperti ini. Penyakit ini menurut saya sudah di luar medis,” ungkap Setijohadi.

Namun, ayah pasien, HM Suwalis, mengaku tidak mampu membawa anaknya ke Surabaya. Alasannya karena ia terkendala biaya. “Kami harus meminta bantuan kepada siapa agar anak saya ini bisa segera dioperasi. Sebab, kelihatannya semakin parah saja,” terangnya.

Siap menerima

Sementara itu, Wakil Direktur Pelayanan Medis RSU Dr Soetomo Dr Urip Murtedjo Sp BKL menyatakan, pihaknya siap membantu jika Cicin dirujuk ke RSU Dr Soetomo. “Tidak masalah, kami akan siap menerima dan siap membantu, langsung saja dibawa ke sini,” ujar Urip saat dihubungi, Jumat (28/8).

Terkait adanya banyak benda aneh di dalam tubuh pasien Urip, yang juga ahli bedah, menyatakan ada banyak hal yang menyebabkan masuknya benda asing dalam tubuh seseorang. Dalam kondisi tertentu, benda-benda asing itu terkadang tidak perlu dikeluarkan, tergantung kondisi dan keluhan orang bersangkutan.

“Sebagai orang Timur, memang banyak hal yang memungkinkan benda asing masuk dalam tubuh. Kalau orangnya tidak keberatan ya tidak perlu diambil, jika harus diambil juga tidak masalah, secara medis bisa dilakukan, tapi tetap dilihat dulu bagaimana kondisi sebenarnya,” ujar Urip.

Untuk mengeluarkan benda asing di dalam tubuh secara medis harus dipastikan keberadaan benda asing itu dan gangguan yang bisa ditimbulkannya. “Dipastikan dulu, menimbulkan emergency atau tidak? Jika bisa menyebabkan perdaharan, itu bisa dianggap emergency dan dilakukan langkah-langkah khusus, tapi jika tidak berbahaya, bisa segera dikeluarkan dengan operasi biasa,” tambah Urip.

Meski demikian, Urip belum berani memastikan langkah apa yang perlu dilakukan untuk mengeluarkan benda-benda asing yang berada di dalam tubuh Cicin. “Kami harus melihat dulu bagaimana kondisinya, baru bisa berkomentar,” ujarnya. (st6/rey)
Sent from Indosat BlackBerry powered by

Selasa, 25 Agustus 2009

Tak Diduga, Kalla Bertemu BJ Habibie di Masjid Nabawi


MADINAH, KOMPAS.com - Wakil Presiden M Jusuf Kalla secara kebetulan bertemu dengan mantan Presiden BJ Habibie di samping makam Nabi Muhammad di Kompleks Masjid Nabawi, Madinah, Selasa (25/8). Keduanya sama-sama berada di Arab Saudi seusai menjalani umrah sejak awal Ramadhan.

"Kita bertemu di tempat yang sangat suci," kata mantan Presiden BJ Habibie sambil memegang erat tangan Wapres Jusuf Kalla. Wapres Jusuf kalla terlihat sangat gembira dan berulang-ulang menyatakan sangat bersyukur melihat mantan Presiden BJ Habibie terlihat segar.

Pertemuan antara kedua tokoh nasional tersebut terjadi seusai shalat dzuhur. Wapres Jusuf Kalla seusai shalat dzuhur di samping makam Nabi Muhammad langsung meninjau perpustakaan di kompleks masjid tersebut. Beberapa saat kemudian dia bertemu dengan BJ Habibie.

Namun, pertemuan itu bukan tak diatur. Sehari sebelumnya, saat shalat dzuhur, Ketua Umum DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Seluruh Indonesia (BKPRMSI) Ali Muchtar Ngabalin bertemu dengan mantan Presiden BJ Habibie. Dalam pertemuan tersebut BJ Habibie mendapat informasi bahwa Jusuf Kalla juga sedang berada di Madinah.

Ketika itu, BJ Habibie menyatakan keinginannya untuk bertemu Kalla. Akhirnya Ali Mucthar mengusulkan agar pertemuan dilakukan esok harinya seusai shalat dzuhur. "Jadi Wapres itu penting. Jadi Presiden itu juga penting. Tapi mesti kita tak jadi kita harus terus bekerja untuk Indonesia. Kita harus membantu Indonesia," kata BJ Habibie memberikan nasihat kepada Wapres Jusuf kalla.

"Ya. Saya setuju itu, karena bapak sudah memberikan contoh seperti itu," kata Wapres Jusuf kalla sambil tersenyum dan menganguk-angguk. Dalam kesempatan itu Wapres Jusuf kalla terlihat mengagumi kesegaran dan kesehatan mantan Presiden BJ Habibie, dan terlihat tetap penuh semangat.

Mantan Presiden BJ Habibie, yang juga pernah menjadi wakil presiden itu, bercerita bahwa ia bersama Ny Ainun Habibie juga sedang menjalani umrah awal Ramadhan dan singgah di Madinah. Wapres M Jusuf kalla juga menceritakan hal yang sama. Wapres dalam kesempatan itu juga menyampaikan salam dari Ny Mufidah dan seluruh keluarga besarnya kepada Ny Ainun Habibie dan keluarga.

Saat berada di Madinah, Wapres secara tidak sengaja juga bertemu dengan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid beserta istri yang juga melakukan ibadah umrah. Ketua MPR Hidayat Nur Wahib malah menyempatkan bertemu di hotel tempat Jusuf Kalla menginap. Selain itu, Wapres Jusuf Kalla juga menerima Menteri Agama Mahtuf Basyuni yang juga sedang berada di Madinah. Menurut Ali Muchtar, ada lagi seorang menteri yang juga ada di Arab Saudi untuk umrah, tanpa menyebut namanya, tetapi tidak ada rencana menemui Wapres Jusuf Kalla.(kompas.com)

Kamis, 13 Agustus 2009

Kericuhan Kecil Terjadi dalam Pemakaman Air dan Eko


SRAGEN, KOMPAS.com - Pemakaman Air Setiawan dan Eko Joko Sarjono sempat diwarnai kericuhan, Kamis (13/8). Air dan Eko yang tewas dalam penggerebekan polisi di Jati Asih Bekasi dimakamkan di pemakaman Dusun Kaliyoso, Desa Jetis Karangpung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Pemakaman keduanya dihadiri 300-an orang yang berasal dari berbagai organisasi massa di Solo termasuk Abu Bakar Baasyir.

Saat jenazah telah siap diturunkan ke liang lahat, tiba-tiba terjadi keributan. Seorang laki-laki berusia 30-an diseret keluar dari kerumunan orang yang mengelilingi liang lahat. Laki-laki yang sempat dikira petugas intel kepolisian ini hampir menjadi sasaran kemarahan massa.

Warga sekitar mengatakan, laki-laki itu adalah warga setempat yang bernama Yakub. Salah seorang yang menghadiri pemakaman mengatakan, laki-laki itu ingin melihat proses pemakaman namun tidak bisa bersikap tenang sehingga memancing kemarahan salah seorang pelayat. Dia ribut-ribut, disuruh minggir tidak mau, katanya.(kompas.com)

Rabu, 12 Agustus 2009

Qodar Abdillah Lahir Tanpa Wajah


KAPUAS, KOMPAS.com — Bayi itu diberi nama Qodar Abdillah. Dilahirkan Jumat (17/7) dalam suatu persalinan yang berlangsung normal di rumah neneknya di Desa Sumber Agung, UPT B3 Dadahup, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalteng.

Slamet Hermawan, sang ayah, mengatakan, nama itu berarti hamba Allah yang menerima takdir. “Nama itu diberikan sesuai kondisi. Semoga kelak, dia juga bisa menerima takdir yang diberikan Allah kepadanya,” ujar Slamet yang diwawancarai wartawan Banjarmasin Post di rumahnya.

Secara fisik, Qodar, begitu bayi itu dipanggil, memiliki kelainan. Bagian ubun-ubunnya menonjol keluar membentuk benjolan, mata kanan hanya berupa selaput daging dengan titik hitam di tengah. Bentuk hidung condong lebih ke kiri dengan lubang mengarah ke atas.

Posisi hidung yang tidak sempurna itu menarik kelopak mata kirinya. Bola mata kiri hanya bisa melihat dari sela-sela kelopak yang terbuka. Hidung itu juga tidak memiliki lubang sehingga Qodar bernapas lewat mulut mungilnya.

Tidak hanya itu. Qodar memiliki kelainan fisik lain di jari tangan kanan dan kedua kaki. Semuanya lengket menjadi satu, kecuali jari tangan kiri yang normal.

Selama mengandung, Juwarti rajin memeriksakan kehamilannya ke bidan puskesmas. Dia juga mengonsumsi asupan gizi yang memadai dan mendapatkan imunisasi ibu hamil, meski keluarga itu terbilang teramat sederhana. Juwarti yang selama sembilan bulan lebih mengandung Qodar mengatakan, ia sama sekali tidak menduga anak keduanya itu terlahir dengan kondisi fisik seperti itu.

Meski mengaku sempat tidak percaya pada kondisi sang anak, dia dan keluarga menyatakan tetap menerima dan akan memelihara Qodar sebagai titipan dari Sang Pencipta yang Maha Berkehendak.

“Harapan kami, Qodar bisa tumbuh besar dan tetap sehat, serta menerima kodratnya” kata Juwarti. (MUSTAIN KHAITAMI)

Ayam Tiren Serbu Pasar


SERANG, KOMPAS.com — Hati-hati bila Anda membeli daging ayam. Pasalnya, daging ayam bangkai yang disebut ayam tiren atau mati kemarin marak dijual di Kabupaten Serang, Banten. Selasa (11/8) malam, polisi menggerebek sebuah rumah yang sudah tiga tahun dijadikan tempat pengolahan ayam tiren di Desa Songgom, Kecamatan Cikande, Serang.

Dalam penggerebekan itu, polisi menyita puluhan bangkai ayam, air kunyit, dan ember. Selain itu, polisi juga menangkap Didin (45), pemilik tempat pengolahan ayam tiren dan membawanya ke Markas Kepolisian Resor (Polres) Serang.

Penggerebekan berawal dari informasi yang diberikan sejumlah warga kepada polisi. Warga curiga karena daging ayam yang berasal dari tempat pengolahan itu selalu dijual dengan harga di bawah harga pasaran.

Berbekal informasi itu, polisi melakukan penyelidikan dan akhirnya menggerebek rumah Didin. Saat digerebek, Didin tengah merendam ayam tiren ke dalam air yang sudah dicampuri kunyit. Kepada polisi, Didin mengaku sudah tiga tahun berbisnis jual-beli ayam tiren.

Ia mendapat pasokan bangkai ayam dari Misri, warga Balaraja, Kabupaten Tangerang, tiga kali dalam satu pekan. Satu bangkai ayam berukuran kecil dibeli dengan harga Rp 1.500, sedangkan bangkai ayam berukuran besar dibeli seharga Rp 3.000.

Biasanya, Didin mengolah daging ayam tiren itu pada malam hari. Untuk menghilangkan bau busuk, bangkai ayam direndam dengan air yang dicampur kunyit. Setelah itu, daging ayam tiren dimasukkan ke dalam tempat pendingin yang dipenuhi balok es agar daging ayam terlihat segar.

Keesokan harinya, barulah daging ayam diedarkan di Pasar Cikande. ”Pokoknya ngerendem sama nge-esnya semalam. Besoknya baru dijual di Pasar Cikande,” ungkapnya.

Satu ayam tiren berukuran kecil dijual Rp 5.000 dan berukuran besar dijual Rp 8.000 per ekor. Harga tersebut jauh lebih rendah dari harga pasaran ayam potong, yakni Rp 23.000-Rp 25.000 per ekor.

Dalam satu hari, Didin bisa menjual ayam tiren antara 25 dan 30 ekor. Keuntungan yang didapat dari menjual ayam-ayam bangkai itu minimal mencapai Rp 90.000 per hari.

Meski sudah tiga tahun berbisnis ayam tiren, Didin mengaku tidak tahu dari peternakan mana ayam bangkai itu diperoleh. Selama ini, dia langsung mendapat pasokan dari Misri. Selain itu, Misri juga memasok ayam tiren ke sejumlah pedagang lain.

”Seperti pengakuan tersangka, ada beberapa pedagang lain yang juga menjual ayam tiren. Kami sudah mengantongi identitas para pedagang itu,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Serang Ajun Komisaris Sofwan Hermanto.

Polres akan melakukan penyelidikan agar bisa segera menangkap para penjual ayam tiren. Hal itu untuk mengantisipasi maraknya penjualan ayam bangkai, apalagi saat ini permintaan ayam oleh masyarakat terus meningkat. (NTA)
 

NASIONAL Copyright © 2009 Community is Designed by Bie